Skip to main content

SEKILAS MENGENAI PERANGKAT PEMBELAJARAN

Dalam dunia pendidikan kita diharuskan untuk membuat perangkat pembelajaran agar cara belajar dan mengajar bisa epektif dan berjalan dengan baik. Seorang pendidik selain harus mampu atau menguasai bidang keahliannya atau jurusan pendidikan yang diampunya maka dituntut harus mampu pula membuat perangkat pembelajaran. kenapa seperti itu, karena dengan perangkat pembelajaran maka kita akan mudah mengelola kelas dengan baik, dalam artian sebelum masuk ke kelas maka kita sudah menyiapkan segala macam kebutuhan dengan persiapan yang matang. Berikut beberapa perangkat pembelajaran yang harus disiapkan oleh pendidik sebelum dia masuk ke ruangan kelas: 1. Pekan efektif ini biasanya didapatkan dengan melihat kalender pendidikan 2. Prota atau sering dikenal dengan program tahunan 3. Promes atau program semester Silabus 4. RPP (Rencana Perangkat Pembelajaran) Format penilaian 5. Buku materi pembelajaran itu adalah hal-hal yang dibutuhkan dalam pembuatan perangkat pembelajaran. Selain itu

Diatas Balutan Kesederhanaan


DIATAS BALUTAN KESEDERHANAAN
            Hari berganti hari, tahun demi tahunpun dilalui bu Hartini dengan segala keterbatasan dan kesederhanaan. Sang suami yang hanyalah sekedar tukang kuli bangunan, tak tentu penghasilannya, pekerjaannyapun musiman harus menunggu orang kaya yang mau membangun rumah atau atap bertingkat.
            Sebuah kesederhanaan tak jadi penghalang bagi bu Hartini untuk selalu tersenyum kepada kedua anaknya, yang tiap pagi meminta uang jajan dan ongkos berangkat sekolah. Belum lagi tiap minggu harus dihadapkan dengan bu Parto yang selalu ngoceh nagih hutang.
            “Andai saja punya uang mungkin sudah ku lunasi sejak dulu bu, tak usah sampean repot – repot mengeluarkan kata – kata kotorpun akan ku lunasi.” Cerca bu Hartini dalam hati, bila mengingat kata – kata bu Parto yang selalu habis – habisan menghina dirinya.
            Hidup dizaman sekarang serba mahal, tak ada yang gratis! Hiruk pikuk kejamnya ibu kota membuat orang stress dan banyak yang kehilangan akal sehatnya. Lihat saja banyak para petinggi negri ini yang korup dan tak tanggung – tanggung memakan uang rakyat bermiliar – miliar. Ditambah sekarang – sekarang ini heboh dengan isu para petinggi kita banyak yang berpoya – poya dan bersolek, bahkan merenovasi bangunan tempat kerjanya dengan anggaran bermiliar – miliar rupiah. Sementara itu rakyat merana dengan segala kesengsaraan dan kesederhanaan yang ada. Bahkan untuk mendapatkan sesuap nasipun mereka harus kerja banting tulang seharian penuh, atau harus menahan sakitnya rasa lapar sampai berhari – hari. Seperti halnya bu Hartini yang setiap harinya hanyalah buruh tukang cuci pakaian, karena tak ada keahlian lain yang didapatnya.  Sungguh ironis bukan,,,! Tapi sudahlah mungkin inilah yang dikatakan orang sebagai zaman haus akan kepedulian.
            “Assalamu’alaikum.” Dinda mengucap salam sembari mencium tangan sang ibu.
            “Waalaikum salam,, gimana di sekolahh tadi?” tanya sang ibu ke anak bungsunya yng centil itu.
            “tadi seru bu,,disekolah mau mengikuti olimpiade matematika seperiangan timur, Dinda minggu depan ikut olimpiade itu bu.” Ucap sang anak dengan riang.
            “Alhamdulillah,,,,emang anak ibu pintar – pintar.” Sang ibu membanggakan anaknya.
            Ya Dinda memang pintar, dia selalu mendapat juara satu atau paling mentok dapat rengking dua. Dirinya punya tekad kuat, cita – citanya menjadi seorang dokter. Meski dari keluarga yang kuarang mampu, Dinda yang masih duduk di kelas 2 SMA itu punya tekad dan cita – cita setinggi langit. Terkadang sempat terfikir olehnya, tak mungkin dirinya bisa menjadi seorang dokter, wong hanya untuk sekedar bayar SPP bulanan saja harus nunggak sampe tiga bulan atau empat bulan, barulah bisa terlunasi.
            Namun Dinda tak putus asa, dirinya ingat buku karya RA. Kartini yang berjudul habis gelap terbitlah terang. Kalau dulu negri kita dijajah oleh kaum Belanda dengan sistem kerja paksa rodinya, dan para pejuang bisa melewatinya, bahakn bisa mengalahkan para penjajah dengan peralatan seadanya. Dikatakan dalam sejarah bangsa kita melawan penjajah dengan bambu runcing.
“Bayangkan bambu runcing yang sangat sederhana saja bisa melawan kaum penjajah yang bersenjatakan meriam dan pistol berpeluru, kenapa saya tidak bisa melewati semuanya dan maju ke depan untuk menjadi seorang dokter. Banyak cara untuk menuju ke Roma” gumam Dinda dalam hati, bila membandingkan kehidupannya dengan keadaan kehidupan teman – teman sebayanya di sekolah.
Lamat – lamat Dinda mengingat pepatah gurunya yang mengatakan “Man Jadda wa jada.” Barang siapa yng mempunyai keinginan kuat maka akan terlaksana. Ya kata – kata itu selalu diingatnya setiap kali dirinya membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur yang beralaskan tikar, beranyamkan daun pandan. Tak ada kasur empuk di rumah sederhana itu, tak ada pula kursi kokoh yang dilapisi busa walau hanya untuk sekedar memanjakan tubuh. Dengan keadaan seperti itupun tak henti – hentinya Dinda bersyukur masih bisa sekolah.
Sementara itu, Dian masih sibuk dengan persiapan ujiannya. Karena dua bulan lagi ujian akan dihadapinya. Ya ujian SMA tinggal dua bulan lagi. Dian memang baru kelas 3 SMA, hanya terpaut satu tahun padahal sebenarnya Dian dan Dinda beda 3 tahun. Namun hal itu bukan karena Dian bodoh, tak lain dan tak bukan hal itu disebabkan karena Dian tak punya biaya maka Dian harus berhenti dulu 2 tahun setelah lulus SMP. Dirinya kerja di sebuah konter sebrang rumahnya. Untuk bisa masuk ke SMA dirinya mengumpulkan uang dari hasil kerjanya, dan setelah 2 tahun barulah dirinya bisa menginjak bangku sekolah lagi melanjutkan ke SMA.
Pagi ini Dinda berangkat untuk mengikuti olimpiade matematika. Tak ada uang saku lebih untuk Dinda. Hanya do’a yang bisa ibu dan ayahnya berikan untuk anaknya. Seucap do’a dan kecupan di kening dari sang ayah dan ibunda tercinta membuatnya bersemangat pagi ini, dan berangkat dengan penuh keriangan.
Lumayan cerah cuaca pagi ini, secerah perasaan Dinda dan keluarganya. Di setiap pagi hari bu Hartini memang selalu dipanggil orang – orang disekitar rumahnya untuk sekedar bantu – bantu beres – beres rumah atau mencuci pakaian, uangnya lumayan bisa untuk sekedar ongkos dan jajan ke-dua anaknya sehari - hari.
Sementara itu, sang suami hari ini diminta ikut kerja membangun sebuah bangunan bertingkat yang akan dijadikan sebuah swalayan, sekitar 2 Km dari rumah yang ditempatinya. Sang suami berangkat menuju tempat yang akan dibangun itu.
“trimakasih bu..! ini uang bayarannya, besok ibu ke sini lagi ya, tapi kalau bisa besok agak pagi, soalnya saya besok harus berangkat kerja lebih pagi.” Ujar bu Heni, sambil mengulurkan uang Rp. 10.000’-an 2 lembar, yang merupakan upah harian bu Hartini.
“ia bu insyaAllah, saya usahakan.” Ujar bu Hartini sembari berpamitan pulang.
“assalamu’alaikum.” Dian membuka pintu menuju rumah.
“waalaikum salam! Mana Dinda ko gak pulang bareng?” tanya sang ibu ke Dian yang tak lain kakaknya Dinda.
“wah,,,wah,,,ibu ini gimana, ! kan Dinda ikut olimpiade bu,,,jadi pulangnya sore atau malaem bu.” Jawab Dian.
“Ooooh...gitu ya Ian..! maklum saja ibu’kan dulu gak mengenyam bangku sekolah seperti kalian, SD saja ibu tak tamat, jadi kagak ngarti yang kaya gitu.” Ujar sang ibu.
“meski bagaimanapun ibu adalah ibu yang paling baik yang ada di dunia ini,! Karena ibu, kami sekarang bisa mengenyam dunia pendidikan. Semoga saja kita berdua bisa membalas pengorbanan ibu selama ini.” Tutur Dian penuh harap.
“ia ibu selalu berharap dan berdo’a semoga kalian bisa lebih baik dari ibu.  Jangan mau jadi orang susah, makanya kalian sekolahnya harus yang bener supaya gak jadi orang susah kaya sekarang ini.”
Cuaca sore ini mendung seakan mau hujan, langit – langit berawankan hitam menandakan akan segera datangnya hujan deras.
‘bu....bu...bu Hartini,,,!” Suara bu Parto berteriak – teriak dari kejauhan memanggil – manggil, sudah sangat akrab ditelinga bu Hartini.
“ada apa bu? Bukannya ini bukan hari minggu! InsyaAllah minggu besok saya lunasi hutang – hutang saya bu! Suami saya sekarang sedang kerja, nanti kalau sudah gajian saya bayarkan langsung ke ibu.” Tutur bu Hartini agak heran, karena kedatangan bu Parto yang mendadak padahal bukan waktunya nagih hutang.
“bukan masalah itu Har...! saya ke sini mau ngasih tau kalau suamimu jatuh dari gedung lantai dua! Kebetulan saya tadi lewat ke tempat kerja suamimu! Sekarang suamimu mau di bawa ke rumah sakit Bakti Husada katanya.” Ujar bu Parto sembari ngos – ngosan.
“Astaghfirullahaladzim.,,,,,,,!”  Dian dan bu Hartini kaget dan langsung menuju ke rumah sakit yang dimaksud.
Lama menunggu dokter yang memeriksa keadaan sang suami. Bu Hartini tak henti – hentinya berdo’a dalam hati dan terus – terusan beristighfar, begitu pula dengan Dian yang cemas akan keadaan sang ayah. Tak lama kemudian dokter keluar dari ruangan UGD itu.
“bagaimana keadaan suami saya dok?” tanya bu Hartini dengan nada yang sangat cemas.
“mohon maaf ibu,,,,! Kami sudah berusaha sebisa mungkin, namun tuhan berkata lain, terlalu banyak darah yang keluar, bapak tidak bisa bertahan, beliau telah tiada.” Dokter itu berkata dengan sangat iba.
Seketika itu pula bu Hartini lemah lunglai, air matanya menetes dan tak sadrkan diri. Dian memapah ibunya, walau kondisis dirinyapun lemas lunglai ketika mendengar sang ayah telah tiada! Namun Dian harus tetap bertahan.
Hari sudah mulai malam, ya sudah jam 21.00, sudah lumayan malam. Keadaan rumah yang sederhana itu terlihat ramai dan terang dengan lampu – lampu. Dinda yang baru datang dari olimpiade dengan membawakan piala juara satu, diantar oleh seorang kepala sekolah terheran – heran mengapa rumah itu terlihat ramai lalu lalang orang kesana kemari.
“Ataukah memang orang rumah sudah tahu kalau dirinya mendapat juara satu hingga mereka melakukan syukuran? Tapi sepertinya itu tak mungkin karena tak ada seorangpun yang menemaninya ikut olimpiade itu kecuali bapak kepala sekolah dan wali kelasnya! ” fikir Dinda dalam hati.
Tak banyak tanya, Dinda langsung masuk! Tapi ternyata yang dilihatnya sang ayah sudah terkujur kaku dibungkus kain kapan. Pucat pasi wajah Dinda ketika matanya melihat sang ayah sudah tiada bernyawa, semuanya serasa mimpi buruk. Tadi pagi menjelang keberangkatan sang ayah masih hangat mengecup keningnya. Dinda histeris menangis dan memeluk sang ayah yang terkujur kaku.
Keadaan rumah sederhana itu kini ramai dengan tangisan dan bacaan ayat – ayat suci Al-Qur’an, ramai hingga pagi hari lagi karean pemakaman dilaksanakan esok paginya.
Sepeninggal ayah tercinta, hari – hari mereka cukup berbeda. Mungkin karena belum terbiasa, bahkan sesekali sang ibu yang terbiasa tiap pagi menyiapkan pisang goreng dan teh manis untuk ayah sebagai sarapan pagi, tak sadar kalau ayah sudah tiada. Sekitar satu minggu ibu selalu menyiapkan pisang goreng kesukaan ayah, bila sudah ingat akan hal itu ibu menangis ke kamar dan tak mau makan.
Tiga minggu telah berlalu,,,,meski masih sedih dan merasa kehilangan namun tak mungkin kalau harus terus – terusan berdiam diri dan tak beraktivitas. Kini hari – hari itu dilaluinya tanpa sang ayah. Mereka berusaha tegar, karena tak ada sesuatu apapun di dunia ini yang kekal dan abadi, semua mahluk pasti akan kembali pada-NYA.
Sang ibu hanya bisa menangis disetiap malam melihat anak – anaknya tertidur lelap tanpa dosa. Mereka punya harapan dan cita – cita setinggi langit, ingin setara dengan orang lain. Di sepertiga malam sang ibu tak henti – hentinya bersujud pada sang ilahi, menangis dan mengeluarkan segala keluh kesahnya. Sang suami yang selalu menafkahinya kini telah tiada. Bagaimana dengan biaya anak – anaknya, bagaimana dengan kelanjutan pendidikan anak – anaknya dan bagaimana pula dirinya bisa ngasih makan anak – anaknya. Sementara dirinya hanyalah seorang tukang buruh cuci pakaian, yang penghasilannya hanya cukup untuk sekedar makan sekali saja.
Dua minggu lagi ujian akan tiba, namun Dian tak kunjung pula bayar uang ujian. Bukan tak ingin mengikuti ujian namun keadaan keluarganya yang kini sangat sulit. Minta uang ke ibu tak mungkin dilakukannya, untuk sekedar makan sehari – hari saja kini sangat sulit. Sesekali ibunya membiarkan dirinya dan adiknya makan dengan lauk ikan, namun ibunya hanya makan dengan sambal tomat saja.
“kenapa ibu makan hanya dengan sambal bu? Ini buat ibu sebagian ikannya.” Ujar Dian dan Dinda kala melihat ibunya hanya makan dengan sambal tomat saja.
“sudah makan saja! Ibu lagi tak mau ikan, takut ngantuk nanti malah tidur pas ibu kerja bantu – bantu tetangga! Lebih enak makan sama sambal tomat ini, pedas membuat mata ibu sumringah, biar kepala gak pusing! Kaliankan tahu ibu suka pedes, sudah makan saja!!”. Ya seperti itulah yang dikatakan ibu, padahal Dian dan Dinda tahu betul ikan adalah lauk kesukaan ibunya. 
Sungguh seorang ibu memang selalu siap berkorban untuk anak – anaknya, nyawa jiwa dan raga pun mereka pertaruhkan untuk anak – anaknya.
“Din..mas bingung, 2 minggu lagi mas ujian, tapi sepertinya ibu tak punya uang! Bisa makan saja sudah untung, apa sebaiknya mas berhenti sekolah saja ya Din?” gumam Dian ke adik tercintanya yang sedang mencuci piring di dapur sederhana itu.
“jangan mas,,,jangan berhenti! Eman mas,,,sampean selama ini sudah berjuang berhentu 2 tahun untuk bisa masuk SMA, tapi sekarang mau menyerah begitu saja ditengah perjalanan, padahal hanya tinggal ujian saja.”
“terus,,,bisa dapat uang dari mana, untuk bayar ujian Din? Tabungan mas aja masih kurang.” Keluh Dian putus asa.
“Dinda ada sedikit tabungan mas! Sampean pake saja dulu,,! Sebenarnya uang itu mau Dinda paki untuk beli mukena,, tapi tak apalah kan mukena Dinda masih ada dan masih bisa dipakai! Ujian mas lebih penting, pakai saja uang Dinda.”
“Ia Din...makasih! kau memang adiku yang sangat baik, aku sangat menyayangimu.” Ujar Dian sembari memeluk adiknya.
“sudahlah mas,,,itulah gunanya saudara! Kita harus saling bantu.”
Singkat cerita pengumuman hasil ujian akan diumumkan esok hari. Dian merasa sangat deg-degan, meski Dian terbilang pintar di kelasnya namun kemungkinan yang ada adalah lulus atau tidak lulus. Tak sabar Dian menunggu hari esok.
Malam haripun Dian sulit tidur! Di sepertiga malam Dian terbangun. Untuk menghilangkan rasa gundahnya  itu Dian salat tahajud dan tak henti – hentinya berdo’a semoga dirinya dinyatakan lulus.
Pagi hari telah tiba! Hasil ujianpun akan segera dipampang di mading sekolah. Ketika pengumuman ujian itu di pampang di mading Dian sangat sulit sekali melihatnya, karena harus berdesak – desakan dengan teman – teman yang lainnya, yang sama – sama ingin melihat hasil ujian kelulusannya.
Dengan susah payah akhirnya Dian bisa melihat pula hasil kelulusannya. Alhamdulillah dirinya dinyatakan lulus. Tak sia – sia perjuangannya selama ini. Tak henti – hentinya dirinya mengucap syukur, melafalkan ucapan alhamdulillah berulang – ulang.
Keadaan sekolah riuh ramai dengan teriakan anak – anak! Tak lama kemudian salah satu guru membunyikan sirine tanda ada pengumuman.
“assalamu’alaikum,,,! Anak – anak mohon perhatiannya sebentar! Di papan pengumumuman yang terpampang terdapat keganjilan,,,maka dari itu kepada saudara Dian Hidayat  dimohon untuk menghadap ke ruangan bapak kepala sekolah sekarang juga.”
Pengumuman itu cukup mengagetkan teman – teman Dian terutama dirinya yang di panggil untuk menghadap bapak kepala sekolah. Pucat pasi wajah Dian setelah dikatakan bahwa ada keganjilan dengan pengumuman tersebut. Dirinya tak kuasa ingin berteriak dan menangis.
“tuhan inikah akhir perjuanganku selama ini! Sia-siakah perjuanganku? Apa yang harus ku katakan pada adik dan ibuku bila diri ini ditanya bagaimana pengumumannya?sementara sekarang ada keganjilan dengan pengumuman kelulusanku. Percuma aku ikut ujian juga, bahkan telah menghabiskan uang tabungan Dinda!” fikiran Dian berlarian kesana kemari dan tak karuan.
Sementara itu teman – temannya terkaget – kaget dan tercengang dengan pengumuman itu!
“yang sabar ya Dian,,,! Meskipun kamu tidak lulus tapi ada jalan lain ko,,nanti kamu bisa ikut paket C, ikut ujian lagi saja nanti ya.” Ucap salah seorang temannya seakan mengetahui apa yang sedang difikirkannya.
Tak banyak bicara Dian langsung menuju ruang bapak kepala sekolah. Dengan gugup dan gemetar Dian berusaha menghampiri bapak kepala sekolah yang sedang duduk di ruang kerjanya. Ada rasa takut, rasa malu dan gugup bertemu dengan bapak kepala sekolah itu.
“silahkan duduk!” ujar bapak kepala sekolah ketika melihat Dian menghampiri dirinya.
‘ia pak terimakasih!” ujar Dian sembari merunduk menahan tangisannya.
“Kalau boleh tahu pengumuman di mading tadi kamu lulus atau tidak?” bapak kepala sekolah mengawalai pertanyaannya dengan hati – hati.
“ia pak di papan pengumuman saya lulus,,,namun katanya terjadi keganjilan dengan pengumuman itu.” Ujar Dian sembari menunduk dan meneteskan air mata.
“Begini Dian,,maksud bapak guru terjadi keganjilan dengan hasil ujian kamu adalah adanya perbedaan nilai yang sampai ke sekolah dengan nilai kamu yang sebenarnya.” Sahut bapak kepala sekolah.
“jadi bener pak saya tidak lulus?” Dian bertanya memotong perkataan bapak kepala sekolah itu, sembari menangis dan tak henti – hentinya meneteskan air mata, tangannya terasa basah dan wajahnya mulai pucat.
“tidak seperti itu,,,!Dian,,,,nilai ujian kamu adalah nilai terbaik sekabupaten!” 
“masa sich pak,,,? Yang benar pak? Bapak bohong atau bagaimana sich ini? Katanya tadi terjadi keganjilan dengan hasil ujian saya? Atau bapak hanya menghibur saya pak? Supaya saya tidak sedih! Sudahlah pak berkata jujur saja daripada bapak bohong ke saya tapi nanti malah bilang ke kelurga saya bahwa saya tidak lulus. Kasihan ibu saya pak, beliau bisa sakit bila mendengar ini!jangan bilang ke keluarga saya” Dian merasa dipermainkan dan dirinya merasa kebingungan dengan semua itu.
“benar Dian,,bapak tidak bohong nilai kamu nilai terbaik sekabupaten!! Bapak sangat bersyukur ternyata nilai terbaik itu didapatkan oleh siswa sekolah ini, yaitu kamu.” Ujar bapak kepala sekolah itu meyakinkan Dian.
Dian yang dari tadi tergugup – gugup dan sempat menangis serta sempat pucat pasi karena mengira dirinya dinyatakan tidak lulus karena terjadi keganjilan kini berubah 180 derajat menjadi senang, dirinya menangis dan mencium tangan bapak kepala sekolah itu. Namun tangisan itu bukan tangisan rasa sedih melainkan tangisan bahagia. Seketika itu tak lupa pula dirinya langsung sujud syukur sebagai tanda syukur atas nikmat yang diberikan oleh yang maha kuasa. Atas keagunggan-NYA dirinya bisa mendapatkan nilai terbaik sekabupaten.
Seketika itu Dian mendapatkan berbagai tawaran beasiswa untuk masuk perguruan tinggi negri. Akhirnya Dian mengambil jurusan Akuntansi sesuai dengan cita – citanya. Selama perkuliahan berlangsung Dian memang cerdas dan sangat cepat memahami penyamapaian materi yang diberikan oleh dosen – dosennya. Bukan hanya sekedar kuliah yang didapatinya namun dirinya juga ditawari dengan berbagai pekerjaan, dari mulai menjadi tentor bimbel, asdos dan kini dirinya ditawari menjadi seorang Dosen. Kuliah sambil kerja yang dilakukan Dian, hal itu dilakukannya tiap hari. 
Lima tahun telah berlalu! Dian kini sudah lulus kuliah dan berhasil menguliahkan adiknya dari hasil pekerjaan yang ditawarkan kepadanya. Ya adiknya kini masuk perguruan tinggi negri dengan mengambil  jurusan kedokteran sesuai dengan cita – citanya dari kecil. Kini adiknya sudah mulai menggarap skripsinya, sebentar lagi lulus. Seolah tak mau kalah dengan prestasi sang kakak, Dinda pun kini sudah dikontrak oleh salah satu rumah sakit supaya ditempatkan kerja di rumah sakit tersebut. Kehidupan Dian dan keluargapun kini lebih baik, bahkan hutang – hutang ibunya pun mampu dilunasinya.
Itulah kehidupan,,,! Dibalik penderitaan pastilah ada hikmah yang tercantum di dalamnya! Nasib orang siapa tahu, namun yang pasti yang harus kita lakukan adalah tetap istikomah dan terus melanjutkan kehidupan sepahit apapun halangan dan rintangan yang menghadang!!!.




           

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Hakikat dan Konsep Pendidikan Seumur Hidup Dalam Islam

BAB I PENDAHULUAN   1.1. Latar belakang masalah. Pendididkan adalah modal utama yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Dengan pendidikan akan meninggikan manusia dan merendahkan manusia yang lain, manusia akan dianggap berharga bila memiliki pendidikan yang berguna bagi sesamanya. Masa dari pendidikan sangatlah panjang, banyak orang yang beranggapan bahwa pendidikan itu berlangsung hanya disekolah saja, tetapi dalam kenyataanya pendidikan berlangsung seumur hidup melalui pengalaman-pengalaman yang dijalani dalam kehidupanya. Islam juga menekankan pentingnya pendidikan seumur hidup, Nabi pernah bersabda : Tuntutlah ilmu dari buain sampai meninggal dunia . Hal ini menunjukan bahwa pendidikan berlangsung tanpa batas yaitu mulai sejak lahir sampai kita meninggal dunia. Selain itu islam juga mengajarkan untuk mempelajari tidak hanya ayat qouliyah saja, tetapi ayat-ayat kauniyah, atau kejadian-kejadian di sekitar kita. Maka jelaslah sudah bahwa pendidikan seumur hidup itu s

Makalah Pengembangan Instrumen Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Masalah          Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu suatu penelitian, karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh akan sangat ditentukan oleh kualitas atau validitas instrumen yang digunakan, di samping prosedur pengumpulan data yang ditempuh. Hal ini mudah dipahami karena instrumen berfungsi mengungkapkan fakta menjadi data, sehingga jika instrumen yang digunakan mempunyai kualitas yang memadai dalam arti valid dan reliabel maka data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan sesungguhnya di lapangan. Sedangkan jika kualitas instrumen yang digunakan tidak baik dalam arti mempunyai validitas dan reliabilitas yang rendah, maka data yang diperoleh juga tidak valid atau tidak sesuai dengan fakta di lapangan, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang keliru.           Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula

CONTOH SOAL LOGIKA DAN BANGUN RUANG DIMENSI TIGA

SOAL LOGIKA DAN BANGUN RUANG DIMENSI TIGA 1.       Dalam logika matematika ada yang dinamakan kalimat terbuka, pengertian dari kalimat terbuka adalah....... A.     Kalimat yang belum dapat ditentukan nilai kebenarannya karena masih mengandung peubah (variabel). B.      Kebalikan dari suatu pernyataan yang telah ditentukan nilai kebenarannya. C.      Kalimat sangkalan/ingkaran dari suatu pernyataan. D.     Kalimat deklaratif faktual (pernyataan fakta). E.      Kalimat majemuk dengan menggunakan kata hubung jika hanya jika. 2.       Ingkaran/negasi dari “Semua binatang berkaki empat” adalah...... A.     Semua binatang tidak berkaki empat. B.      Semua binatang berkaki empat. C.      Ada binatang yang tidak berkaki empat. D.     Ada binatang yang berkaki empat. E.      Ada binatang jika dan hanya jika berkaki empat. 3.       Kalimat pernyataan majemuk yang menggunakan kata hubung “Dan” adalah...... A.     Konjungsi B.      Disjungsi C.      Impli